Bab I pendahuluan latar Belakang Masalah


Proses Belajar Mengajar Matematika



Download 319,95 Kb.
bet2/5
Sana22.04.2017
Hajmi319,95 Kb.
#7360
1   2   3   4   5

Proses Belajar Mengajar Matematika

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses kegiatan inti antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak belajar dan guru sebagai pihak mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Menurut al-Ghazali dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktifitas eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Seorang guru mengeksplorasi ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada muridnya sedangkan murid menggali ilmu dari gurunya agar mendapatkan ilmu.29 Dalam pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan yang diinginkan diperlukan suatu proses yang tepatdan untuk itu maka ada berbagai macam/model untuk belajar mengajar matematika. Berikut diuraikan belajar dan mengajar matematika.

        1. Belajar matematika.

Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku pesrta didik secara konstruktif.30 Sedangkan menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yakni perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.31

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto antara lain:



  1. seluruh aspek tingkah laku.

  2. Berikut ini dikemukakan Perubahan secara sadar.

  3. Perubahan dalam berfikir kontinu dan fungsional.

  4. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

  5. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

  6. Perubahan daam belajar bertujuan terarah.32

Perubahan mencakup perincian dari masing-masing ciri-ciri tersebut:

  1. Perubahan secara sadar.

Perubahan secara sadar berarti bahwa yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

  1. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

Sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung berkesinambungan atau tidak statis.

  1. Perubahan dalam belajar bersifat positif.

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senatiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.

  1. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

  1. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar terjadi.

  1. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan secara keseluruhan dari tingkah laku seseorang tersebut.

Sedangkan belajar matematika sendiri merupakan suatu proses seorang siswa untuk mengerti dan memahami tentang matematika.



        1. Mengajar matematika

Mengajar merupakan usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses pembelajaran.33

Alvin W. Howard memberikan definisi mengajar yaitu mengajar adalah suatu aktifitas untuk mencoba menolong dan membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (peghargaan), knowledge (pengetahuan).34 Sedangkan menurut Waini Rasyidin mengajar adalah upaya partisipasi guru dan siswa satu sama lain, guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan.35

Berdasarkan pengertian belajar di atas yang dimaksud mengajar matematika adalah upaya memberikan bimbingan, pengarahan tentang pelajaran matematika kepada siswa agar menjadi proses balajar yang baik. Sehingga dalam mengajar matematika dapat berjalan lancar, seorang guru diharapkan dapat memahami tentang makna mengajar tersebut, karena mengajar matematika tidak hanya menyampaikan materi pelajaran matematika melainkan mengandung makna yang lebih luas yaitu terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspek yang mencakup segala hal dalam pelajaran matematika.


        1. Proses belajar mengajar matematika

Keterpaduan antara konsep belajar dan konsep mengajar melahirkan konsep baru yakni proses belajar mengajar atau dikenal dengan istilah proses pembelajaran. Menurut Usman proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuaatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.36 Belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung dua pengertian yaitu rangkaian tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perenacanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut.37

Sehingga proses balajar mengajar matematika dapat disimpulkan sebagai serangkaian kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut terhadap siswanya yang mencakup segala aspek dalam pelajaran matematika.



  1. Prestasi Belajar

  1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaranyang diajarkan oleh guru.38 Dalam buku yang lain menerangkan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas dalam belajar.39

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar diartikan sebagai suatu hasil atas kecakapan atau kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dan dapat diukur dengan tes.



  1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal.

  1. Metode Mengajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

        1. Model Pembelajaran

Joyce dan Weil berpendapat bahwa berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.40 Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Ciri-ciri model pembelajaran antara lain:



  1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu, misalnya model pembelajaran kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey.

  2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

  3. Dapat dijadikan untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synthetic dirancang untuk memperbaiki kreatifitas dalam pelajran mengarang.

  4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) system sosial, dan (4) system pendukung.

  5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

  6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman pembelajaran yang dipilihnya.41

        1. Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1984) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang aggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat hiterogen.42

Soejadi dalam Teti Sobari (2006) mengatakan bahwa teori yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.43 Sedangkan menurut Nurul Hayati (2002) Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi.44

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang biasanya terdiri dari 4-5 orang untuk bekerja bersam-sama demi mencapai tujuan bersama. Maka di sini siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu: pertama mereka belajar untuk dirinya sendiri dan yang kedua mereka membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

Ada empat karakteristik model pembelajaran kooperatif, antara lain adalah:



  1. Pembelajaran dalam tim.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim/kelompok.

  1. Didasarkan pada manajemen kooperatif.

Manajemen pembelajaran kooperatif diantaranya adalah: (1) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, (2) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan efektif, (3) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

  1. Kemampuan untuk bekerja sama.

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.

  1. Keterampilan bekerja sama.

Kemampuan bekerja sama itu dapat dipraktikkan melalui aktifitas dalam kegiatan pembelajaran kelompok.45

Terdapat enam langkah atau tahapan utama dalam pembelajaran kooperatif, antara lain adalah:



  1. Tahap 1 : Menyampaikan dan memotivasi siswa.

  2. Tahap 2 : Menyajikan informasi

  3. Tahap 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

  4. Tahap 4 : Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

  5. Tahap 5 : Evaluasi

Tabel 2.1

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tahap


Tingkah laku guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4


Lanjutan tabel 2.1
Membimbing kelompok belajar dan bekerja.


Tabel berlanjut…
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerajakan tugas mereka.

Tahap 5

Evaluasi


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberi penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, sehingga pembelajaran ini sangat besar aktivitas belajar berpusat pada siswa.



  1. Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray)

Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:



  1. Siswa bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa.

  2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain.

  3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

  4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompo mereka masing-masing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

  5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.46

Gambar 2.1

Struktur Dua Tinggal Dua Tamu

Pembelajaran kooperatif model TSTS (Two Stay Two stray) ini terdiri beberapa tahapan sebagai berikut:



  1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini guru, hal yang dilakaukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas-tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota terdiri dari 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

  1. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenalkan dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajran yang telah dibuat.

  1. Kegiatan Kelompok

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berakitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota kelompok dari masing-masing kolmpok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain, sementara 2 yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

  1. Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

  1. Evaluasi dan Penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.

Sebagaimana pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kekurangan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini adalah sebagai berikut:

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS:


  1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

  2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakana.

  3. Lebih berorientasi pada keaktifan.

  4. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya.

  5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

  6. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

  7. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini adalah sebagai berikut:

  1. Membutuhkan waktu yang lama.

  2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

  3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).

  4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.47

  1. PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dikenal melalui beberapa nama seperti Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Problem Based Instruction (PBI), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experienced Based Education), dan Belajar Autentik (Authentic Learning).

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfirmasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesutau yang baru dan kompleksitas yang ada. PBM mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses yang merancang berbagai macam kondisi pemecahan masalah.48

Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang bepikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Sedangkan Moffit (Depdiknas, 2002) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.49

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah pembelajaran yang menggunakan permasalahan dari dunia nyata sebagai titik awal untuk mendapatkan pengetahuan baru, siswa belajar menggunakan masalah autentik/nyata/asli yang tidak terstruktur untuk mempelajari isi pelajaran dan sebaliknya siswa juga belajar keterampilan khusus untuk memecahkan masalah dengan menggunakan sarana isi pelajaran, sehingga siswa dapat dilatih untuk berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan masalah.

Karakeristik PBM antara lain adalah sebagai berikut:


  1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

  2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

  3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda.

  4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

  5. Belajar mengarahkan diri menjadi hal yang utama.

  6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM.

  7. Belajar adalah kolaboratif, komuniasi dan kooperatif.

  8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan materi isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

  9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

  10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.50

Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terdiri dari lima tahap utama seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase

Indikator

Tingkah laku guru

1.

Orientasi siswa pada masalah.



Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2.

Mengorganisasi siswa untuk belajar.



Membantu siswa mendefinisiskan dan mangorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3.

Membimbing pengalaman individual/kelompok.




Tabel berlanjut…

Lanjutan tabel 2.2
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.



Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.



Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan sintaks yang dikemukakan di atas, berikut ini diuraikan satu tahapan dari sintaks tersebut

Secara umum pembelajaran terdiri dari tiga tahapan pembelajaran utama, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.


  1. Kegiatan awal

Kegiatan awal dilakukan guru dengan tujuan membangkitkan motivasi instrinsik siswa (motivasi dari dalam diri), serta mengorientasikan siswa kepada masalah. Kedua hal tersebut dilakukan secara simultan. Oleh karena itu di dalam pengorientasian siswa kepada masalah, guru dapat menggunakan strategi-strategi tertentu agar siswa dapat termotivasi.

Keberhasilan di dalam pembelajaran dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan.

Secara praktis guru dapat menyajikan demonstrasi atau penyajian fenomena yang menarik dan mengherankan sehingga muncul pertanyaan di dalam benak siswa. Akhir kegiatan awal adalah memunculkan masalah atau pertanyaan yang akan dijawab melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan di dalam kegiatna inti. Secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan pada kegiatan awal ini adalah tahap-1 PBM.


  1. Kegiatan inti

Kegiatan inti dimulai dengan kegiatan merumuskan masalah atau pertanyaan. Kegiatan merumuskan masalah ini disarankan dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Dalam keadaan-keadaan khusus misalnya siswa yang belum terbiasa, masalah dapat dirumuskan oleh guru dan siswa melalui diskusi. Di dalam merumuskan masalah ini guru perlu berlatih mengembangkan strategi-strategi bertanya yang membimbing siswa.

Tahap selanjutnya siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 3-4 orang siswa (tahap-2 PBM). siswa diminta di dalam kelompok melakukan kegiatan menjawab masalah melalui berbagai kegiatan pengamatan atau eksperimen.

Selama siswa bekerja gru memberikan bimbingan dan scaffolding (tahap-3 PBM), memberi petunjuk mana yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakuan dengan benar, meluruskan kesalahan, mendengar keluhan siswa dengan penuh perhatian, menghargai setiap usaha siswa, dan sebagainya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai kegiatan dan pengamatan atau eksperimen, baik berupa hands-on maupun minds-on, siswa diminta merumuskan simpulan. Simpulan yang dimaksud harus relevan dengan pertanyaan yang diajukan pada awal pembelajaran. Jadi merupakan jawaban pertanyaan atau penjelasan terhadap masalah.

Akhir dari kegiatan inti adalah guru membimbing siswa mengembangkan hasil karya misalnya, laporan kegiatan, atau bentuk lainnya (tahap-4 PBM).


  1. Kegiatan akhir

Kegiatan akhir merupakan kegiatan pemantapan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan antara lain melakukan assesmen autentik, meminta siswa membuat bentuk terapan terhadap bentuk yang telah dipelajari, tugas belajar lebih lanjut, pekerjaan rumah, dan sebagainya.

Pada kegiatan akhir juga dilakukan analisis proses pemecahan masalah. Kegiatan ini dilakukan agar selain belajar konten, siswa juga menyadari ada aspek lain yang mereka pelajari di dalam kegiatan pembelajaran ini (tahap-5 PBM).

Selama pembelajaran dengan mengimplementasi PBM di kelas, peran guru antara lain adalah (a) mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa/mahasiswa kepada masalah autentik, (b) memfasilitasi/membimbing penyelidikan (pengamatan/eksperimen), (c) memfasilitasi dan memotivasi dialog terbuka, (d) mendukung belajar siswa.51

Adapun kekurangan dan kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) antara lain:

Kelebihan model Pembelajaran Berbasis Masalah PBM:


  1. Siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.

  2. Dillatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.

  3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kelemahan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM):

  1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tidak tercapai.

  2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

  3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.52



  1. Download 319,95 Kb.

    Do'stlaringiz bilan baham:
1   2   3   4   5




Ma'lumotlar bazasi mualliflik huquqi bilan himoyalangan ©hozir.org 2024
ma'muriyatiga murojaat qiling

kiriting | ro'yxatdan o'tish
    Bosh sahifa
юртда тантана
Боғда битган
Бугун юртда
Эшитганлар жилманглар
Эшитмадим деманглар
битган бодомлар
Yangiariq tumani
qitish marakazi
Raqamli texnologiyalar
ilishida muhokamadan
tasdiqqa tavsiya
tavsiya etilgan
iqtisodiyot kafedrasi
steiermarkischen landesregierung
asarlaringizni yuboring
o'zingizning asarlaringizni
Iltimos faqat
faqat o'zingizning
steierm rkischen
landesregierung fachabteilung
rkischen landesregierung
hamshira loyihasi
loyihasi mavsum
faolyatining oqibatlari
asosiy adabiyotlar
fakulteti ahborot
ahborot havfsizligi
havfsizligi kafedrasi
fanidan bo’yicha
fakulteti iqtisodiyot
boshqaruv fakulteti
chiqarishda boshqaruv
ishlab chiqarishda
iqtisodiyot fakultet
multiservis tarmoqlari
fanidan asosiy
Uzbek fanidan
mavzulari potok
asosidagi multiservis
'aliyyil a'ziym
billahil 'aliyyil
illaa billahil
quvvata illaa
falah' deganida
Kompyuter savodxonligi
bo’yicha mustaqil
'alal falah'
Hayya 'alal
'alas soloh
Hayya 'alas
mavsum boyicha


yuklab olish