Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Susu Formula Balita Oleh Ibu
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SUSU FORMULA BALITA OLEH IBU DI KELURAHAN SIKUMANA KOTA KUPANG TAHUN 2012
Alita Jamalu1, Marni2, Christina Rony Nayoan3
Abstract: Breastmilk (ASI) is a good food for babies especially in the early life. However, as the babies grow they need sufficient nutrition and breastmilk can not meet their needs. Therefore infants should be introduced to complementary feeding (MP - ASI) and one of that is the formula milk. Mothers decision in buying formula milk is influenced by several factors including income level, educational background, attitude, knowledge of nutrition, the price of milk, and nutritional content of formula milk. The purpose of this study was to determine the factors that influence the selection of under five years formula milk by mothers in Sikumana. This research was analytic observation with cross sectional study approach. The population of this research were 625 mothers of under five years in Sikumana. The sample was derived from cluster random sampling technique and there were 86 respondents in this research. Data were analysed using tabel of frequency distributions and chi square test at 90% significance level (α ≤ 0,1). The results showed that the nutritional content, price, advertising in television, income, knowledge of nutrition, and mother attitudes are influenced the selection of under five years formula milk as it is showed on the statistical analysis which is p value < 0,1.
Keywords: Breastmilk, Formula Milk, Under Five Years, Mother
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi dan ditentukan oleh tingkat kesehatan masyarakatnya dimana salah satu indikator dari tingkat kesehatan tersebut ditentukan oleh status gizi. Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sejak masa bayi dan balita. Pada masa bayi dan balita pertumbuhan serta perkembangan berlangsung sangat cepat. Pada masa bayi pertumbuhan otak telah mencapai 90% (Roesli, 2005).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, sebab ASI tidak hanya mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan tetapi juga mengandung zat kekebalan yang dibutuhkan bayi untuk menjaga kesehatan tubuhnya (Roesli, 2005). ASI dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi sampai usia 4 bulan (Winarno, 1995). Pudjiaji (2000) menyatakan walaupun ASI merupakan makanan yang
terbaik bagi bayi, dengan bertambahnya umur bayi maka kebutuhan akan zat gizi menjadi bertambah sehingga tidak cukup dengan ASI saja. Untuk itu bayi harus diperkenalkan pada makanan pendamping ASI (MP– ASI), salah satunya adalah susu formula.
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang lengkap dan baik. Pemberian susu formula anak pada masa pertumbuhan akan meningkatkan pertumbuhan badan, tulang dan otak. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk memberikan susu formula anak terus meningkat. Hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat tentang gizi yang terus meningkat akibat dari perkembangan teknologi dan informasi modern (Anonim, 2003).
Kebutuhan dan ekspektasi dari orangtua tehadap pertumbuhan dan perkembangan anak melalui konsumsi susu yang meningkat merupakan suatu prospek usaha yang potensial bagi industri. Akibatnya industri susu merupakan salah satu industri besar di negara-negara yang memiliki jumlah penduduk anak-anak yang tinggi, seperti di Indonesia. Pertumbuhan industri susu di Indonesia setiap tahunnya mencapai 25% sampai 35%. Pertumbuhan pasar untuk susu formula mencapai 8% per tahun (BPS, 2010).
Perkembangan konsumsi susu di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan, konsumsi susu formula di Indonesia meningkat dari 15% pada tahun 2003 menjadi 30% pada tahun 2007 (Judarwanto, 2011). Pada tahun 2009, tingkat konsumsi susu di Indonesia sebanyak 1.854.939 ton dan pada tahun 2010 mencapai 1.984.875 ton. Susu yang umumnya dikonsumsi terdiri dari beberapa jenis yaitu susu bubuk biasa, susu bayi, formula lanjutan, dan susu khusus. Susu formula lanjutan menempati urutan ke dua konsumsi terbanyak yaitu 26.506 ton pada tahun 2009 dan 27.874 ton pada tahun 2010. Di Provinsi NTT tingkat konsumsi susu juga mengalami peningkatan, yaitu dari 5.680 ton pada tahun 2009 menjadi 6.271 ton pada tahun 2010. Tingkat konsumsi susu di Kota Kupang pada tahun 2009 sebanyak 1.280 ton meningkat menjadi 1.531 ton pada tahun 2010 (BPS, 2010).
Konsumen susu formula anak di Indonesia sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari rumah tangga yang membeli susu formula anak berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Keputusan ibu rumah tangga dalam membeli susu formula dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tingkat pendapatan, pendidikan, sikap, pengetahuan gizi, harga susu, dan kandungan gizi (Agustina, 2007).
Hasil penelitian Pangestuti (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih merek susu formula tertentu adalah karena kandungan gizinya, harganya yang murah, ketersediaannya, pilihan rasa, dan pengaruh informasi dari iklan media televisi. Kurniawati (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan konsumen, maka semakin sedikit faktor yang dipertimbangkan dalam pembelian susu formula, antara lain harga, kandungan gizi, ukuran kemasan, pilihan rasa, dan kemudahan mendapatkan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Kupang diketahui bahwa terdapat 20.629 balita di Kota Kupang pada tahun 2011. Jumlah balita terbanyak terdapat di Kecamatan Maulafa yaitu sebanyak 4.720 balita. Kelurahan Sikumana merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Maulafa dan memiliki jumlah balita terbanyak yaitu sekitar 1.507. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan kepada ibu-ibu yang memiliki balita yang ditemui di Puskesmas Sikumana diperoleh informasi bahwa disamping memberikan ASI, mereka juga memberikan susu formula ketika anak mereka telah berusia lebih dari 6 bulan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang tahun 2012. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang tahun 2012. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh kandungan gizi susu formula terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang, (2) Untuk mengetahui pengaruh harga susu formula terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang, (3) Untuk mengetahui pengaruh iklan susu formula melalui televisi terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang, (4) Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan keluarga terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang, (5) Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap pemilihan susu formula balita di Kelurahan Sikumana Kota Kupang, (6) Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu tentang susu formula balita terhadap pemilihan susu formula balita di Kelurahan Sikumana Kota Kupang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa Kota Kupang dari bulan Januari sampai Agustus 2012.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita berusia > 6 bulan dan < 5 tahun yang berada di wilayah Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang tahun 2012 berjumlah 625 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang ibu yang tersebar di 14 posyandu di Kelurahan Sikumana. Untuk mencegah kandidat responden mengumpul pada posyandu tertentu maka dilakukan penyederhanaan secara cluster random sampling terhadap 14 posyandu. Teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling dengan kriteria inklusif: (1) Ibu yang memiliki balita yang mengkonsumsi susu formula, (2) Memiliki pesawat televisi di rumah, (3) Mampu membaca atau mendengarkan dengan baik, (4) Bersedia untuk diteliti.
HASIL DAN BAHASAN
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden merupakan gambaran tentang identitas umum responden yang berkaitan dengan umur, pendidikan dan pekerjaan. Secara rinci mengenai karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Sikumana tahun 2012
No
|
Umur
|
Jumlah
|
%
|
1
|
20-25 tahun
|
16
|
18,60
|
2
|
26-31 tahun
|
39
|
45,35
|
3
|
32-37 tahun
|
19
|
22,09
|
4
|
38-43 tahun
|
7
|
8,14
|
5
|
44-49 tahun
|
5
|
5,82
|
Total
|
86
|
100
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden paling banyak adalah responden yang berumur 26-31 tahun yaitu sebanyak 39 orang (45,35%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berumur 44-49 tahun yaitu sebanyak 5 orang (5,82%).
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
%
|
1.
|
SD
|
11
|
12,79
|
2.
|
SMP
|
15
|
17,44
|
3.
|
SMA
|
46
|
53,49
|
4.
|
Diploma
|
1
|
1,16
|
5.
|
S1
|
13
|
15,12
|
Total
|
86
|
100
|
Tabel 2 menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni sebanyak 46 responden (53,49%), sedangkan yang paling sedikit yakni pada jenjang diploma yaitu sebanyak satu (1) orang (1,16%).
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
No
|
Pekerjaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Guru
|
4
|
4,65
|
2
|
Honorer
|
1
|
1,16
|
3
|
IRT
|
62
|
72,09
|
4
|
PNS
|
2
|
2,33
|
5
|
Wiraswasta
|
17
|
19,77
|
Total
|
86
|
100
|
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga yakni sebanyak 62 orang (72,09%) dan yang paling sedikit bekerja sebagai tenaga honorer yakni hanya 1 orang (1,16%).
Pengaruh Kandungan Gizi Susu Formula terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa responden yang mempertimbangkan kandungan gizi dalam memilih susu formula balita sebanyak 51 responden, sedangkan yang tidak mempertimbangkan kandungan gizi sebanyak 35 responden. Responden yang mempertimbangkan kandungan gizi lebih banyak memilih susu formula merek SGM yaitu sebanyak 31 responden (60,8%), sedangkan responden yang tidak mempertimbangkan kandungan gizi lebih banyak memilih susu formula merek Dancow yaitu sebanyak 18 responden (51,4%). Hasil analisis statistik antara variabel kandungan gizi dengan pemilihan susu formula menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,1 yaitu p=0,012 yang berarti ada pengaruh dari kandungan gizi terhadap pemilihan susu formula balita. Selanjutnya berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai C = 0,306 yang berarti bahwa pertimbangan kandungan gizi memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Tabel 4. Distribusi Pemilihan Susu Formula Balita berdasarkan Pertimbangan Kandungan Gizi di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Merek Susu Formula
|
Mempertimbangkan Kandungan Gizi
|
Hasil UJi
|
Ya
|
Tidak
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Dancow
|
13
|
25,5
|
18
|
51,4
|
p=0,012
C=0,306
|
Lactogen
|
7
|
13,7
|
7
|
20,0
|
SGM
|
31
|
60,8
|
10
|
28,6
|
Total
|
51
|
100
|
35
|
100
|
Pengaruh Harga Susu Formula terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Tabel 5. Distribusi Pemilihan Susu Formula Balita berdasarkan Pertimbangan Harga di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Merek Susu Formula
|
Mempertimbangkan Harga
|
Hasil Uji
|
Ya
|
Tidak
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Dancow
|
10
|
22,7
|
21
|
50,0
|
p=0,029
C=0,276
|
Lactogen
|
8
|
18,2
|
6
|
14,3
|
SGM
|
26
|
59,1
|
15
|
35,7
|
Total
|
44
|
100
|
42
|
100
|
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa responden yang mempertimbangkan harga dalam memilih susu formula balita sebanyak 44 responden, sedangkan yang tidak mempertimbangkan harga sebanyak 42 responden. Responden yang mempertimbangkan harga susu formula lebih banyak memilih susu formula merek SGM yaitu sebanyak 26 responden (59,1%), sedangkan responden yang tidak mempertimbangkan harga susu formula lebih banyak memilih susu formula merek Dancow yaitu sebanyak 21 responden (50,0%). Hasil analisis statistik antara variabel harga susu dengan pemilihan susu formula menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,1 yaitu p=0,029 yang berarti ada pengaruh dari harga susu terhadap pemilihan susu formula balita. Selanjutnya berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai C = 0,276 yang berarti bahwa pertimbangan harga susu memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Pengaruh Iklan Susu Formula melalui Televisi terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Tabel 6. Distribusi Pemilihan Susu Formula Balita berdasarkan Ada Tidaknya Informasi yang Diperoleh dari Iklan Susu di Televisi di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Merek Susu Formula
|
Mendapat Informasi
|
Hasil UJi
|
Ya
|
Tidak
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Dancow
|
26
|
38,8
|
5
|
26,3
|
P=0,003
C=0,349
|
Lactogen
|
6
|
9,0
|
8
|
42,1
|
SGM
|
35
|
52,2
|
6
|
31,6
|
Total
|
67
|
100
|
19
|
100
|
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa responden yang mendapatkan informasi dari iklan susu formula balita melalui televisi sebanyak 67 responden, sedangkan yang tidak mendapat informasi dari iklan susu formula balita melalui televisi sebanyak 19 responden. Responden yang mendapatkan informasi dari iklan susu formula balita melalui televisi lebih banyak memilih susu formula merek SGM yaitu sebanyak 35 responden (52,2%), sedangkan responden yang tidak mendapat informasi dari iklan susu formula balita melalui televisi lebih banyak memilih susu formula merek Lactogen yaitu sebanyak 8 responden (42,1%). Hasil analisis statistik antara variabel iklan susu melalui televisi dengan pemilihan susu formula menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,1 yaitu p=0,003 yang berarti ada pengaruh dari iklan susu melalui televisi terhadap pemilihan susu formula balita. Selanjutnya berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai C = 0,349 yang berarti bahwa iklan susu melalui televisi memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Pengaruh Tingkat Pendapatan Keluarga terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Tabel 7. Distribusi Pemilihan Susu Formula Balita berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Merek Susu Formula
|
Tingkat Pendapatan
|
Hasil Uji
|
Cukup
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Dancow
|
23
|
50,0
|
8
|
20,0
|
P=0,013
C=0,302
|
Lactogen
|
5
|
10,9
|
9
|
22,5
|
SGM
|
18
|
39,1
|
23
|
57,5
|
Total
|
46
|
100
|
40
|
100
|
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa responden dengan tingkat pendapatan cukup sebanyak 46 responden, sedangkan responden dengan tingkat pendapatan kurang sebanyak 40 responden. Responden dengan tingkat pendapatan cukup lebih banyak memilih susu formula merek Dancow yaitu sebanyak 23 responden (50,0%), sedangkan responden dengan tingkat pendapatan kurang lebih banyak memilih susu formula merek SGM yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Hasil analisis statistik antara variabel tingkat pendapatan keluarga per bulan dengan pemilihan susu formula menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,1 yaitu p=0,013 yang berarti ada pengaruh dari tingkat pendapatan keluarga per bulan terhadap pemilihan susu formula balita. Selanjutnya berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai C = 0,302 yang berarti bahwa tingkat pendapatan keluarga per bulan memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Tabel 8. Distribusi Pemilihan Susu Formula Balita berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Merek Susu Formula
|
Tingkat Pengetahuan Gizi
|
Hasil Uji
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Dancow
|
10
|
30,3
|
19
|
45,2
|
2
|
18,2
|
p=0,031
C=0,332
|
Lactogen
|
6
|
18,2
|
3
|
7,2
|
5
|
45,4
|
SGM
|
17
|
51,5
|
20
|
47,6
|
4
|
36,4
|
Total
|
33
|
100
|
42
|
100
|
11
|
100
|
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 33 orang, responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 42 orang, dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 orang. Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan cukup lebih banyak memilih susu formula merek SGM yaitu masing-masing sebanyak 17 responden (51,51%) dan 20 responden (47,62%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang lebih banyak memilih susu formula merek Lactogen yaitu sebanyak 5 responden (45,45%). Hasil analisis statistik antara variabel tingkat pengetahuan gizi ibu dengan pemilihan susu formula menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,1 yaitu p=0,031 yang berarti ada pengaruh dari tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap pemilihan susu formula balita. Selanjutnya berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai C = 0,332 yang berarti bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa responden yang bersikap positif terhadap susu formula sebanyak 65 responden, sedangkan responden yang bersifat negatif terhadap susu formula sebanyak 21 responden. Susu formula yang paling banyak dipilih oleh responden yang bersikap positif adalah susu formula merek SGM yaitu sebanyak 36 responden (55,38%), sedangkan responden yang bersikap negatif lebih banyak memilih susu formula merek Lactogen yaitu sebanyak 9 responden (42,86%). Hasil analisis statistik antara variabel sikap ibu dengan pemilihan susu formula menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,1 yaitu p=0,000 yang berarti ada pengaruh dari sikap ibu terhadap pemilihan susu formula balita. Selanjutnya berdasarkan hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai C = 0,390 yang berarti bahwa sikap ibu memiliki tingkat pengaruh kuat terhadap pemilihan susu formula balita.
Tabel 9. Distribusi Pemilihan Susu Formula Balita berdasarkan Sikap Ibu di Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Merek Susu Formula
|
Sikap
|
Hasil Uji
|
Positif
|
Negatif
|
n
|
%
|
n
|
%
|
Dancow
|
24
|
36,9
|
7
|
33,3
|
P=0,000
C=0,390
|
Lactogen
|
5
|
7,7
|
9
|
42,9
|
SGM
|
36
|
55,4
|
5
|
23,8
|
Total
|
65
|
100
|
21
|
100
|
PEMBAHASAN
Pengaruh Kandungan Gizi Susu Formula terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mempertimbangkan kandungan gizi cenderung memilih susu formula merek SGM dengan alasan karena merek ini mengandung zat-zat gizi lebih banyak dibanding merek susu formula lainnya. Setiap susu formula memiliki komposisi yang berbeda-beda sehingga pemilihan susu formula harus tepat agar kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan balitanya terpenuhi. Ini berarti bahwa responden memiliki kepedulian yang cukup tentang kandungan gizi pada suatu merek susu formula.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA namun tingkat pengetahun gizi responden terbanyak adalah tingkat pengetahuan gizi cukup. Walaupun memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup namun responden menyatakan bahwa merek susu formula yang mereka pilih lebih baik kandungan gizinya dibanding merek yang lain. Hal ini terjadi karena responden terpengaruh oleh iklan susu formula melalui televisi yang menyatakan bahwa merek tersebut adalah merek yang paling baik kandungan gizinya sehingga informasi ini membuat responden memutuskan untuk memilih merek susu formula tersebut. Dari hasil uji koefisien kontingensi diketahui bahwa faktor kandungan gizi susu formula memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan gizi susu formula berpengaruh terhadap pemilihan susu formula balita. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Sunarti (2006) yang menyatakan bahwa kandungan gizi pada susu formula anak menjadi evaluasi dalam memilih susu formula anak dimana kandungan gizi yang banyak dipertimbangkan adalah kandungan DHA untuk kecerdasan otak, dan dari hasil analisis statistik menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,0291.
Pengaruh Harga Susu Formula terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Berdasarkan hasil penelitian, kebanyakan responden yang mempertimbangkan harga dalam memilih susu formula lebih banyak memilih susu formula merek SGM. Hal ini dikarenakan harga dari susu formula merek SGM relatif lebih murah yang disesuaikan dengan ukuran kemasannya sehingga memudahkan responden dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Harga susu SGM berkisar antara Rp 5.700 – 6.700 per 100 gram, harga susu Dancow berkisar antara Rp 6.250 – 7.500 per 100 gram, dan harga susu Lactogen berkisar antara Rp 7.700 – 9.800 per 100 gram.
Responden paling banyak memiliki tingkat pendapatan cukup sehingga dalam memilih merek susu formula faktor harga juga turut dipertimbangkan karena besarnya pengeluaran untuk membeli susu formula harus disesuaikan dengan besarnya pendapatan yang dimiliki. Hal ini menyebabkan responden berusaha mencari merek susu formula dengan komposisi zat gizi yang baik dengan harga yang relatif murah. Dari hasil uji koefisien kontingensi diketahui bahwa faktor harga susu formula memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga susu formula berpengaruh terhadap pemilihan susu formula balita. Hasil penelitian ini sama juga dengan hasil penelitian Sunarti (2006) yang menyatakan bahwa ibu rumah tangga sangat sensitif terhadap harga susu formula karena menjadi pertimbangan utama dalam memilih susu formula anak, dan dari hasil analisis statistik menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,005.
Pengaruh Iklan Susu Formula melalui Televisi terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Susu formula merupakan produk yang sangat menguntungkan karena itu berbagai cara dilakukan produsen untuk mempromosikan produk ini dengan target para ibu. Promosi dapat dilakukan melalui berbagai sumber, salah satunya melalui iklan televisi. Persaingan antar merek dan kesadaran untuk menciptakan kesan yang baik dari konsumen membuat produsen susu formula berusaha semakin kreatif dalam menciptakan iklan yang dapat menarik perhatian konsumen (Anonim, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mendapat informasi dari menonton iklan susu formula di televisi lebih banyak memilih susu formula merek SGM. Responden menyatakan bahwa iklan susu formula yang dikonsumsi anak mereka sangat menarik dan iklan tersebut sering ditayangkan di televisi, sehingga mereka menonton iklan tersebut berulang-ulang kali dan iklan tersebut mampu meyakinkan mereka untuk memilih merek susu formula tersebut.
Dalam iklan biasanya bintang iklan menyatakan bahwa merek susu formula tertentu merupakan nutrisi yang tepat bagi pertumbuhan anaknya dan bahwa merek tersebut terbukti mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Kepercayaan responden terhadap informasi dalam iklan tersebut akan mendorong responden untuk memilih merek susu formula tersebut. Dari hasil uji koefisien kontingensi diketahui bahwa faktor iklan susu formula melalui televisi memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklan susu formula di televisi mempengaruhi pemilihan susu formula balita. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fitrisia (2002) yang menyatakan bahwa informasi yang diperoleh melalui media televisi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pemberian susu formula tertentu, dimana hasil analisis statistik menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,0330.
Pengaruh Tingkat Pendapatan Keluarga terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Tingkat pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang diterima tiap bulan yang berasal dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang sudah bekerja dan digunakan untuk keperluan rumah tangga. Faktor pendapatan sangat menentukan pola menyusui beralih dari ASI ke susu buatan. Pada golongan pendapatan tinggi terdapat kecenderungan peningkatan penggunaan Pengganti ASI dan memulai makanan pendamping yang lebih awal (Haryono, Bantje,dan Yambi dalam Fitrisia, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak memilih susu formula merek Dancow dan SGM karena kedua merek susu formula ini dapat dijangkau oleh responden yang tingkat pendapatannya cukup maupun kurang. Tingkat pendapatan responden akan mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Pada keluarga yang memiliki tingkat pendapatan tinggi faktor harga kurang mendapat perhatian, namun pada keluarga dengan tingkat pendapatan cukup dan kurang faktor harga merupkan faktor yang penting. Hal ini dikarenakan pendapatan yang didapat tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan balita saja melainkan kebutuhan seluruh anggota keluarga. Dari hasil uji koefisien kontingensi diketahui bahwa faktor tingkat pendapatan keluarga per bulan memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh terhadap pemilihan susu formula balita. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Agustina (2007) yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan keluarga berpengaruh nyata terhadap konsumsi susu formula dimana dari hasil analisis statistik menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,000.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Pengetahuan ibu umumnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya, karena dibangku pendidikan tersebut ibu banyak mendapat informasi dan ilmu pengetahuan. Selain melalui bangku pendidikan ibu juga dapat memperoleh pengetahuan melalui media elektronik atau media cetak yang ada. Tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik akan mempermudah pelaksanaan tanggung jawab seorang ibu yaitu berupa pemilihan jenis makanan yang mengandung zat gizi yang baik untuk keluarganya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik dan cukup cenderung memilih susu formula merek SGM dengan alasan karena kandungan gizinya seimbang dan karena pengalaman dalam hal penggunaan yang telah dilakukan secara berulang-ulang serta pertimbangan bahwa susu tersebut tidak menimbulkan gangguan pada anak saat dikonsumsi. Hal ini membuktikan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan baik akan memilih susu formula yang cocok bagi anaknya dan tidak berdasarkan pada ketenaran merek. Dari hasil uji koefisien kontingensi diketahui bahwa faktor tingkat pengetahuan gizi ibu memiliki tingkat pengaruh sedang terhadap pemilihan susu formula balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pemilihan susu formula balita. Hasil penelitian ini sama juga dengan hasil penelitian Agustina (2007) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi berpengaruh nyata terhadap konsumsi susu formula dimana dari hasil analisis statistik menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,021.
Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemilihan Susu Formula Balita
Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sifat yang penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Sikap yang dipegang dengan penuh kepercayaan biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk membimbing perilaku (Engel dalam Handayasari, 2008).
Semakin baik sikap konsumen terhadap merek susu formula tertentu maka semakin lama penggunaan merek susu formula yang digunakan. Sikap positif terhadap merek susu formula tertentu dapat berhubungan dengan kepercayaan deskriptif (karena penggunaan produk). Kepercayaan tersebut timbul karena konsumen telah merasakan manfaat dari merek susu formula tersebut. Kepercayaan ini menjadi pengalaman yang diduga mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali merek susu formula yang digunakan sehingga menambah lama penggunaan merek susu formula tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bersikap positif lebih banyak memilih susu formula merek SGM, alasannya karena susu formula tersebut harganya paling ekonomis tapi kandungan gizinya lengkap dan seimbang. Adapun responden yang bersikap negatif cenderung memilih susu formula merek Lactogen, alasannya susu formula ini harganya agak sulit dijangkau namun karena sejak kecil anak mereka telah mengkonsumsi susu formula merek Lactogen maka mereka terpaksa harus memilih susu formula ini. Dari hasil uji koefisien kontingensi diketahui bahwa faktor sikap ibu terhadap susu formula merupakan faktor yang paling mempengaruhi pemilihan merek susu formula dimana faktor ini memiliki tingkat pengaruh kuat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap ibu berpengaruh terhadap pemilihan susu formula balita. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Handayasari (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan susu formula balita dimana sikap yang dalam hal ini perasaan kesukaan seseorang terhadap produk susu formula memiliki pengaruh paling besar dalam pemilihan susu formula balita, dan dari hasil analisis statistik menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,0359.
PENUTUP
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini adalah : (1) Ada pengaruh dari kandungan gizi susu formula terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang. (2) Ada pengaruh dari harga susu formula terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang. (3) Ada pengaruh dari iklan susu formula melalui televisi terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang. (4) Ada pengaruh dari tingkat pendapatan keluarga terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang. (5) Ada pengaruh dari tingkat pengetahuan gizi ibu terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang. (6) Ada pengaruh dari sikap ibu tentang susu formula balita terhadap pemilihan susu formula balita oleh ibu di Kelurahan Sikumana Kota Kupang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Khusna Rony. 2007. Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis, dan Susu Cair Konsumen Rumah Tangga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/31987 [7 Februari 2012].
Anonim. 2003. Suburnya Pasar Produk Susu Balita. http://www.republika.co.id/koran det all.asp?id=. [12 Desember 2011].
Fitrisia, D.W. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Susu Formula pada Bayi Umur 0-12 Bulan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/16397. [16 Januari 2012].
Handayasari, Faridah. 2008. Hubungan Sikap dan Perilaku Pemilihan Merek Susu untuk Anak 2 – 5 Tahun di Kota Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor. http://katalog.perpustakaan.ipb.ac.id/index.php?author=%22Handayasari%2C. [7 Februari 2012].
Judarwnto. 2011. Bisnis Susu Formula Menggiurkan. http://mediaanak indonesia.wordpress.com/. [12 Desember 2011].
Kurniawati. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Susu Batita (1-3 Tahun) Di Kota Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor. http://katalog.perpustakaan. ipb.ac.id/senayan3-stable11/index.php?p=show_detail&id. [7 Februari 2012].
Pangestuti, Ratna Dewi. 2006. Karakteristik Konsumen Susu Formula Balita. Bogor: Institut Pertanian Bogor. http://library.um.ac.id/majalah/printmajalah4.php/41069.html. [16 Januari 2012].
Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Sunarti. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Susu Formula Anak pada Keluarga Berpendapatan Rendah (Kasus di Kelurahan Tegallega dan Babakan Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor). Bogor : Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id /handle/123456789/50800. [16 Januari 2012].
Winarno, F. G. 1995. Gizi dan Makanan pada Bayi dan Anak. Bogor : Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Pangan dan Gizi, IPB.
-
Alumni Jurusan PKIP FKM Undana
-
Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
-
Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
Do'stlaringiz bilan baham: |