Sumber : Eggum (1981) folder Danmark Protein
BV = Nilai Biologi NPU = Penggunaan Protein Neto PER = Rasio Efisiensi Protein
G. Mutu
Produksi susu kerbau dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain5 :
1. Breed atau bangsa kerbau
Produksi susu kerbau yang dipengaruhi adanya dari bangsa itu sendiri3. Beberapa bangsa kerbau perah dapat dilihat melalui tabel berikut 5:
Bangsa Kerbau
|
Produksi Susu (kg)
|
Panjang Laktasi (Hari)
|
Murrah Bulgaria
|
2.023
|
300
|
Murrah Malaysia
|
1.030
|
300
|
Nili/Ravi India
|
2.440
|
326
|
Murrah India
|
1.635 – 1.813
|
283 – 296
|
Surti India
|
1.460 – 1.934
|
313 – 315
|
Bhadawari India
|
1.165
|
276
|
Nagpuri India
|
926
|
295
|
Italia
|
1.030 – 2.981
|
100 – 558
|
Rusia
|
669 – 1.500
|
300
|
China/Taiwan rawa
|
778
|
293
|
Sumber : Bongso and Mahadevan,1990,Mudgal,1999,Castillo,L.S.1975
Berat kecilnya kerbau tersebut akan mempengaruhi pada tingkat produksi susu.
2. Umur beranak pertama kali
Umur kerbau ketika beranak pertama kali mempengaruhi jumlah susu/ produksi susu yang dihasilkan. Dapat dilihat sebagai berikut 3:
-
Umur Kerbau Beranak
|
Produksi Susu (kg)
|
< 42 bulan
|
Total 9,330
|
42 – 48 bulan
|
8,719
|
>48 bulan
|
9,196
|
Kerbau perah yang terlambat beranak pertama kali akan mengurangi jumlah gudel yang dihasilkan, karena akan mengurangi kehidupan produktifnya sebagai hewan ternak. Tingginya umur beranak pertama kali ( dilihat dari tabel diatas) disebabkan oleh jenis pakan bermutu rendah yang diberikan kepada kerbau dibanding sapi. Dengan demikian, pertumbuhan kerbau akan sedikit lebih lambat apabila dibanding sapi. Ada korelasi yang kuat antara umur beranak pertama kali dan produksi susu laktasi I serta lama laktasi5.
3. Musim beranak
Hampir 80 % gudel di India lahir pada musim panas-gugur (Juni – Desember)5. Sebagai contoh, kerbau Murrah beranak pada antara bulan Juni hingga November4. Sedangkan gudel – gudel di Mesir lahir pada musim gugur – dingin (Oktober – Maret)5. Kerbau yang beranak pada bulan Februari – Maret merupakan kerbau yang memiliki kualitas susu paling baik5. Produksi susu kerbaupun sangatlah berpengaruh pada saat musim panas.Bila kerbau-kerbau tersebut dalam periode optimal dari laktasinya badannya diperciki air selama musim itu, sehingga nantinya akan terjadi peningkatan jumlah produksi susu. Namun apabila tidak diberi perlakuan tersebut maka produksi susunya akan menurun dan tidak teratur22. Di Filipina, kerbau yang beranak pada bulan Januari – April atau Musim Kemarau akan menghasilkan susu lebih banyak dibanding musim – musim lain. Di Pakistan, produksi susu tertinggi akan dicapai apabila gudel yang dilahirkan antara bulan November – Desember5. Keterbatasan hormon juga mempengaruhi sedikit – banyaknya produksi susu.Hormon berperan pada saat terdapat sedikit pakan, namun bermutu. Ternak kerbau perah akan cenderung lebih cocok pada suhu udara lingkungan yang sejuk hingga dingin karena daya tahan kerbau perah tersebut terhadap panas lebih rendah daripada sapi perah5.
4. Banyak laktasi yang telah dihasilkan
Kerbau perah umumnya akan memperlihatkan puncak produksi pada laktasi ke 4 – ke 6. Setelah itu, produksi susu kerbau akan cenderung menurun, secara tetap5.
-
Laktasi ke-
|
Produksi Susu (kg)
|
Produksi 300 hari (kg)
|
Lama Laktasi (hari)
|
1
|
1.618,5
|
1.573,4
|
217,8
|
2
|
1.880
|
1.790,4
|
300
|
3
|
1.964
|
1.878
|
298,3
|
4
|
2.039,5
|
1.963,8
|
291
|
5
|
2.024,3
|
1.959,4
|
290
|
6
|
1.823,7
|
1.767,5
|
270
|
Sumber : Bhat,1992
5. Tingkatan laktasi
Umumnya, puncak produksi susu kerbau setiap masa laktasi terjadi pada bulan ke-2 hingga ke-3. Biasanya, setelah bulan ke-4 dari masa kebuntingannya produksi susu kerbau cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan kadar lemak / fat. Ini menunjukkan produksi susu setelah bulan ke-4 berbanding terbalik dengan kadar lemak. Puncak laktasi dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pakan, dan musim beranak.Namun pada umumnya,puncak laktasi terbaik tercatat pada laktasi I5.
Dengan seiring bertambahnya kadar lemak pada susu kerbau yang mengakibatkan kandungan lemak susu kerbau tinggi, maka produktivitas kerbau akan dihitung pula dari total lemak5. Hal ini dapat dilihat pada komposisi gizi susu kerbau di bawah ini 5:
-
Bulan Laktasi
|
Fat
|
Laktosa
|
Bahan Kering
|
Protein Whey
|
Abu
|
1
|
6,16
|
5,30
|
3,96
|
0,62
|
0,82
|
2
|
5,73
|
5,03
|
3,75
|
0,65
|
0,80
|
3
|
6,59
|
5,18
|
3,59
|
0,62
|
0,80
|
4
|
5,57
|
5,00
|
3,51
|
0,63
|
0,75
|
5
|
6,11
|
5,16
|
3,88
|
0,54
|
0,77
|
6
|
7,20
|
4,86
|
3,73
|
0,60
|
0,80
|
7
|
7,05
|
4,68
|
3,59
|
0,56
|
0,78
|
8
|
7,98
|
5,00
|
4,34
|
0,76
|
0,83
|
9
|
7,01
|
5,11
|
3,53
|
0,71
|
0,81
|
10
|
7,18
|
4,64
|
4,05
|
0,66
|
0,83
|
Sumber : Abd. E-Salam, M. H. dan S. El-Shibiny. 1966
6. Jarak antara dua kelahiran anaknya
Faktor ke-6 ini menentukan produksi susu kerbau karena penting bagi menentukan efisiensi reproduksi. Jarak antara 2 kelahiran gudel disebabkan perbaikan kualitas perkawinan pada musim panas. Jarak antara 2 kelahiran gudel ini pun pada umumnya memiliki hubungan yang erat dengan masa layanan perkawinan5. Layanan perkawinan yang lama maupun yang pendek akan mempengaruhi jumlah gudel yang lahir dan banyak susu yang dihasilkan. Kerbau Murrah biasanya melahirkan anak dengan rata-rata interval beranaknya 428,7 hari4.
7. Pakan dan tata laksana pemberian
Kerbau yang diberi pakan yang berkualitas tinggi cenderung memproduksi susu yang cukup lama. Dan apabila kerbau yang diberi pakan kualitas rendah, misal limbah pertanian, maka hasil susu yang diproduksi tidak menjamin akan mendapat kualitas yang baik4. Di daerah yang terdapat sejumlah kerbau dalam jumlah banyak maka kemungkinan akan terjadi defisiensi makanan sehingga dibutuhkan pengganti pangan yang bisa mencukupi kebutuhan pangan dari kerbau-kerbau tersebut. Selain itu, di daerah tersebut biasanya pun makanan yang ada adalah makanan yang berkualitas rendah4.
Selain itu produksi susu kerbau dipengaruhi oleh layanan perkawinan, periode kebuntingan, panjang laktasi, dan non-genetik. Faktor non – genetik disini meliputi24:
a. waktu keluarnya susu (let down time) : waktu dihitung sejak putting disentuh hingga keluar susu pertama. Apabila waktu keluarnya susu semakin lama, maka itu berarti jumlah produksi susu yang dihasilkan semakin sedikit / turun.
b. waktu pemerahan (milking time) : waktu sejak keluarnya susu pertama hingga terakhir. Waktu pemerahan dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Dan jumlah kadar hormone yang dikeluarkan tergantung pada ukuran ternak, tahapan laktasi, total produksi susu, berat badan ternak.
c. kecepatan lewat susu (rate of milk flow) : rasio antara produksi susu dan waktu pemerahan total. Kecepatan keluarnya susu yang lebih besar diperkirakan akan menaikkan jumlah produksi susu.
Jika ternak tidak dikawinkan pada waktunya setelah beranak, maka hal ini cenderung akan menyebabkan periode laktasi yang lama, bahkan sampai 400 hari (minimalnya < 350 hari)3.
Selain unsur-unsur yang mempengaruhi produksi susu yang telah dijelaskan di atas, susunan gizi susu kerbau pun dipengaruhi oleh beberapa hal5, yakni :
1. Spesies dan ragam jenis bangsa
Susu kerbau perah pada umumnya lebih kaya akan bahan dasar penyusunan susu dibanding susu sapi, kecuali kadar air dan kandungan karotennya. Tidak adanya karoten membuat warna susu lebih putih daripada susu sapi.
2. Ragam musim
Susunan gizi susu kerbau dapat berubah-ubah sesuai musimnya, baik musim dingin, panas, semi, maupun gugur. Hal ini sangat berkaitan dengan pakan yang diberikan saat itu.
3. Banyaknya pemerahan setiap harinya
Pada awal pemerahan susu kerbau akan memiliki susunan gizi yang berbeda dengan pertengahan ataupun akhir pemerahan. Pada awal pemerahan, susu kerbau umumnya memiliki kandungan lemak yang sedikit, ini dikarenakan kelenjar ambing tidak menutup katup penutup untuk menghambat kecepatan produksi susu tersebut. Sementara pada pemerahan akhir, susu kerbau akan kaya lemak. Let down of milk membutuhkan waktu 32 – 37 detik, sedangkan akhir laktasi 62 – 67 detik.
4. Unsur genetik
Kawin silang sangat mempengaruhi jumlah protein susu. Walaupun dalam satu spesies, jika terjadi kawin silang akan tetap mempengaruhi hasil dari protein susu. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk manajemen pemeliharaannya.Kerbau Sungai spesies Kerbau Murah mempunyai kemampuan produksi susu yang lebih baik dari Kerbau Lumpur, namun lama laktasi kedua jenis kerbau tidak jauh berbeda. Di bawah ini dapat dilihat produksi susu pada Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai dan Crossbred (persilangan)
Kriteria
|
Kerbau Lumpur
|
Kerbau Sungai
|
Crossbred
|
Laju pertumbuhan pedet (kg per hr)
|
0,4 - 0,8
|
0,4 - 0,7
|
0,4 - 0,7
|
Lama laktasi (hari)
|
236 - 277
|
240 - 300
|
236 - 277
|
Produksi susu per hari (liter)
|
1,0 - 2,5
|
4 - 15
|
3 - 4
|
Sumber : Thac dan Vuc (1979); Khajarern dan Khajarern (1990); Thu, Dong, Quaq dan Hon (1993); Sanh, Preston dan Ly (1997); Thu, Pearson dan Preston (1996); Gongzhen (1995) dan Puslitbang Peternakan (2008) dalam Bahri dan Talib (2007).
5. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk manajemen pemeliharaannya5.
H. Penyakit Berhubungan dengan Susu Kerbau
Penyakit – penyakit yang diderita oleh kerbau tidak jauh berbeda dengan yang diderita sapi. Hal ini pula yang akan membuat kualitas hasil olahan dari kerbau-susu- akan menurun. Salah satunya adalah mastitis. Mastitis adalah salah satu penyakit yang serius dari kerbau, terutama di negara – negara dimana kerbau dipelihara untuk diambil susunya. Survey mastitis yang dilakukan pada 690 kerbau di 9 kelompok perah di berbagai daerah India menunjukkan kejadian sebesar 20,7 % kasus subklinis atau kasus insidious dan 2,4 % kasus klinis3. Pada survey random lain 1.193 kerbau di bagian utara India, menemukan kejadian infeksi sebesar 11 % di daerah urban dan 9 % di daerah rural.Kurang lebih 98 % dari kasus yang dijumpai disebabkan oleh spesies staphylococci yang sifatnya pathogen sedangkan sisanya karena sebab lain25. Di temukan pada suatu survey bahwa 9 % dari 860 kerbau yang dibawa ke klinik di Kairo terinfeksi mastitis26.
Terdapat penyakit lain yang menyerang kerbau (bukan pada susunya) yaitu ada Neoascaris vitulorum yang menyebabkan kematian yang sedikit cepat pada binatang yang masih muda. Selain itu ada Brucellosis yang mana penyakit ini sudah ckupu popular di kalangan kerbau. Di Indonesia, brucellosis dinyatakan bersifat sporadic pada kerbau, walaupun sifatnya endemic pada sapi3.
Dalam tata pelaksanaannya kemungkinan akan ditemuinya berbagai penyakit bagi kerbau sangatlah mungkin, diantaranya Pasteurilosis yang disebabkan oleh jasad renik Pasteurella multocida27. Gejala klinisnya antara lain suhu naik secara tiba – tiba hingga 42 °C, ludah yang berlebih, depresi parah dan dapat mati dalam waktu 24 jam atau kurang5. Selain Pasteurilosis ada juga Bloat yang diartikan sebagai pengelembungan rumen dan retikulum secara berlebih akibat pengaruh gas hasil kegiatan fermentasi karbohidrat dari pakan yang dimakannya secara cepat5.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sindurejo, Suwadi.1996.Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah.Jakarta:Balai Pustaka-cet 1
2.Mudgal,V.1992.Reproduction in River Buffaloes.In :BuffaloProduction.Ed.NM. Tulloh and J.H.G.Holmes.Elsevier-London
3.Bhattacharya,Williamson,G,Payne, W .J, A.1959.An Introduction To Animal Husbandary In The Tropics Third Edition (Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis,Edisi Ketiga).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
4.Singh, R. B., Sharma, S. C. dan Singh, S.1958.Influence of the season of calving on inter-calving period in Murrah buffaloes and Hariana cows.Ind.J.Dairy Sci.,11,154-60.
5.Murti,Trijoko Wisnu.2002.Ilmu Ternak Kerbau.Yogyakarta:Kanisius
6.http://rhdthebuffalo.blogspot.com/2011_02_01_archive.html (diunduh tanggal 8 Desember 2011)
7.http://books.google.co.id/books?id=cPRpIjJi8MkC&pg=PA12&lpg=PA12&dq=kerbau+murrah&source=bl&ots=AQXmoH745j&sig=HlcIUIEI9iDvqo3bTwTr1gmzZmM&hl=id&sa=X&ei=FTXrTrncI8KqrAf41pThCA&sqi=2&ved=0CCMQ6AEwAQ#v=onepage&q=kerbau%20murrah&f=false(diunduh tanggal 17 November 2011)
8.http://peternakanuns.blogspot.com/2010/12/selanjutnya-kebo-p.html (diunduh tanggal 8 Desember 2011)
9.http://www.google.co.id/imgres?q=kerbau+Jaffarabadi&um=1&hl=id&biw=1024&bih=578&tbm=isch&tbnid=pXfN7NIR42BY6M:&imgrefurl=http://peternakanuns.blogspot.com/2010/12/selanjutnya-kebo-p.html&docid=wbemwzmfOEdnrM&imgurl=http://1.bp.blogspot.com/_c1k8ivRQLvc/TQy_V4h0niI/AAAAAAAAAAw/Z-2LrGWzKR0/s1600/jaffarabadi.png&w=590&h=561&ei=uTzrTtCaFsHMrQey8fXvCA&zoom=1 (diunduh tanggal 8 Desember 2011)
10.Suharno,Bambang,Nazaruddin.1994.Ternak Komersial.Jakarta:Penebar Swadaya
11.http://www.e-
dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Pengetahuan%20Populer/view&id=199&uniq=1421(diunduh tanggal 17 November 2011)
12.Wikantadi,B.1977.Biologi Laktasi.Bagian Ternak Perah Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta
13.Rife, C. D.1958.The Water Buffaloes of Indian and Pakistan.hlm.37.Int.Co-operation Admin:Washington
14.Ragab, M. C.,Yadav, P. C., Terawi, R.B.L. dan Roy, A.1968.Studies on the oestrous behavior based on the cervical mucus crystallization pattern in buffalo cows and its relationship to fertility.Ind.J.vet.Sci.Anim.Husb.,38,546-57.
15.Agabeili. A.A.,Guseinov, I.A.dan Serdyuk, V.S.1971.A new buffalo breed the Causasian (Russian) Zhivotnovodstvo Mosk.,33,61-3. Abstracted : Anim . Breed . Abstr.,40.26.1972
16.http://amaliatria.com/2011/07/07/balada-sapi-kerbau-sumbawa/dadih2/ (diunduh tanggal 8 Desember 2011)
17.http://palopothaliankksb.blogspot.com/2010/06/kandungan-gizi-susu-kerbau_05.html (diunduh tanggal 17 November 2011)
18.http://www.detikfood.com/read/2011/06/30/174038/1672087/901/keju-mozzarella-halal-pertama-dari-italia (diunduh tanggal 8 Desember 2011)
19.http://foodstuff.tradeindia.com/Exporters_Suppliers/Exporter17114.268144/Cow-Milk-Ghee.html (diunduh tanggal 8 Desember 2011)
20.http://www.dalgroup.com/dg/index.php?option=com_content&task=view&id=474&Itemid=659(diunduh tanggal 17 November 2011)
21.http://kamusdapurku.blogspot.com/2008/07/susu-kental-manis.html(diunduh tanggal 8 Desember 2011)
22.Sinha, K. C. dan Minett, F.C.1947.Appilcation of water to the body surface of water buffaloes and its effect on milk yield.J.Anim.Sci.,6,258-64.
23.Toelihere,Mozes.1981.INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK.Bandung:Angkasa
24.Johari and Bhat.1979.Effect of Genetic and Non Genetic Factors on Production Traits in Buffaloes.Indian J.Anim. Sci.49984-991.
25.Katra, D. S. dan Dhanda, M. R.1964.Incidence of mastitis in cows and buffaloes in North West India.Vet.Rec.,76,219-22
26.El-Gindy,H.,Farrag,H.F.dan Abou El-Asm,L.1964.A study o the treatment o mastitis in buffaloes and cows in Egypt.Vet.Med.small.Anim.Clin.,59,380-2. Abstracted:Vet.Bull.,34,451.1961
27.Cockrill.1974.The Husbandary and Health of the Domestic Buffalo.FAO Roma.
Do'stlaringiz bilan baham: |