Ironi “bayi yang menyusu pada sapi”
Oleh : Dilla
Profesional Gizi Perdesaan Sehat.
Bayi usia 0-6 bulan akan mengalami pertumbuhan yang pesat, tetapi sebelum usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi masih belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Zat gizi yang terkandung dalam ASI dapat dicerna dan diserap optimal oleh bayi. Pemberian ASI saja selama 4-6 bulan usia bayi tanpa makanan atau cairan lain dan tanpa menggunakan botol akan menghindarkan anak dari berbagai macam penyakit yang bisa dialami bayi. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seorang bayi yaitu energi, laktosa, lemak, protein, mineral, immunoglobulin, lisosin dan laktoferin. Rekomendasi WHO bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 4-6 bulan. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. ASI mengandung antibodi dan memiliki khasiat preventif dan secara tidak langsung memberikan kekebalan pada bayi.
ASI memiliki kelebihan yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek kekebalan, gizi, kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang antara ibu dan anak yang penting untuk kecerdasan anak dan perkembangan.
Dibandingkan susu formula, ASI merupakan sumber zat gizi yang sempurna untuk bayi. Berdasarkan hasil analisis Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3 persen. Berdasarkan data SDKI 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan pemberian ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003. Tren penurunan pemberian ASI eksklusif pada bayi ini menunjukkan seakan-akan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan prevalensi ASI eksklusif, tidak atau kurang berhasil. hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004-2009, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 61,3% pada tahun 2009. Begitu juga dengan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif terus menerus dari usia 0 sampai 6 bulan juga meningkat dari 19,5% tahun 2005 menjadi 34.3% pada tahun 2009.
Salah satu penyebab pemberian ASI eksklusif menurun adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Rendahnya cakupan ASI eksklusif ini diiringi dengan peningkatan pemberian susu formula padahal Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128 mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Kontroversi susu formula berbakteri mencuat sejak Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian tentang bakteri E.sakazakii pada tahun 2006 dan menemukan kontaminasi pada beberapa susu formula.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu memberikan susu formula pada bayinya antara lain menganggap bahwa produksi ASI sang ibu tidak cukup, ibu bekerja, susu formula lebih praktis, takut badan gemuk, puting susu ibu masuk kedalam sehingga bayi kesulitan untuk menghisap ASI, kurang percaya diri dan lain sebagainya. Padahal ada beberapa dampak negatif dari pemberian susu formula yaitu gangguan saluran pencernaan pada bayi seperti muntah dan diare, infeksi saluran pernafasan, menurunkan kecerdasan, meningkatkan risiko infeksi dari susu formula yang tercemar, meningkatkan risiko anak untuk gemuk, meningkatkan kejadian karies gigi bahkan ada yang mengemukakan bahwa pemberian susu formula memberi dampak penyakit jantung dan pembuluh darah karena tekanan darah si bayi lebih tinggi dibandingkan bayi yang diberikan ASI eksklusif yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Berikut merupakan perbandingan ASI dengan susu formula :
ASI
|
Susu Formula
|
Kaya DHA dan AA untuk pembentukan sel otak, mudah diserap usus bayi, kaya kolesterol, mengandung enzim pencerna lemak
|
Kurang DHA, tidak ada kolesterol, tidak diserap secara sempurna
|
Mengandung lactoferin (baik untuk usus), lisosim (enzim anti mikroba), kaya protein pembangun tubuh dan otak
|
Tidak ada lactoferin dan lisosim. Protein pembangun tubuh dan otaknya kurang
|
Kaya laktosa (karbohidrat penting untuk perkembangan otak) dan oligosakarida yang meningkatkan kesehatan usus
|
Kurang laktosa dan oligosakarida bahkan dalam beberapa susu formula tidak terkandung di dalamnya
|
Kaya akan sel darah putih dan imunoglobulin (untuk antibodi)
|
Tidak ada sel darah putih atau sel lainnya, sedikit imunoglobulin dan biasanya jenis yang salah
|
Mengandung zat besi, zink dan kalsium, (besi mampu diserap sekitar 50-75%), juga mengandung antioksidan
|
Tidak diserap dengan baik, mengandung antioksidan
|
Kaya enzim pencerna seperti lipase dan amilase. Kaya hormon seperti tiroid, prolaktin, oksitosin.
|
Kurang enzim dan hormon
|
Rasa ASI sesuai dengan makanan yang dikonsumsi ibu
|
Rasa sama
|
Biaya murah dan praktis
|
Biayanya mahal
|
Do'stlaringiz bilan baham: |